Ketika saya bergabung dengan TaniHub dan TaniFund pada tahun 2017, kami bekerja dengan sumber daya yang terbatas. Terbatas dalam hal tim (kami hanya terdiri dari 4 junior full stack engineers dan 2 junior devops engineers), dalam ham keterampilan (saya baru lulus kuliah pada tahun 2016), dan bimbingan yang terbatas (Google adalah satu-satunya yang dapat kami andalkan jika sedang mengalami masalah).
Dengan semua keterbatasan yang ada, bisa dibayangkan “pedoman” dan “praktik terbaik” yang kami jalankan. Tidak ada! Kedua hal tersebut tidak nyata dalam ruang lingkup pekerjaan kami. Kami harus bekerja sampai larut malam untuk mencapai tujuan development kami dan jika dilihat pada masa itu, code yang kamu tulis itu berantakan dan tidak dapat diskalakan.
Saya bekerja bersama Edwin Setiawan sebagai Tech Leads dan kami membagi tugas kami, ada yang mengurus directs report dan manage people dalam tim. Pada saat itu, saya hanya memiliki 3 engineers yang langsung melapor kepada saya. Meski begitu, saya merasa senang dan tertantang karena itu adalah kesempatan bagi saya untuk mengembangkan hard dan soft skill saya. Saya tidak hanya melakukan coding untuk mengembangkan produk sesuai dengan persyaratan perusahaan, saya harus membina hubungan hubungan dengan tim saya dan mempelajari kekuatan dan kelemahan mereka serta mencoba meningkatkan keterampilan saya pada saat yang bersamaan.
Tim technology kami telah mencapai 52 orang pada hari ini. Dari 6 engineers hingga sekarang menjadi 52 engineers, ada beberapa hal penting yang saya pelajari dari perjalanan ini:
●Memimpin dengan memberi contoh: Terutama ketika memimpin tim yang super ramping pada awalnya, saya harus memastikan bahwa apa pun yang saya minta dari tim, saya harus siap melakukannya sendiri. Jika saya meminta mereka untuk tetap di kantor untuk mengerjakan deployment, saya ada di sana sampai larut bersama mereka. Jika saya mengkritik kualitas code mereka, saya harus siap menunjukkan kepada mereka seperti apa clean code itu.
●Keberanian: Gagal dengan cepat, belajar dengan cepat, dan improve dengan cepat. Berusaha keras untuk membuat sebuah inovasi terlebih dahulu, reliabilitas urutan kedua dan efisiensi terakhir (prediktabilitas 100% sama dengan inovasi 0%). Berani memulai inovasi dan ide baru, asalkan didukung dengan penelitian dan potensi untuk memperbaiki situasi kita saat ini. Jika gagal, jangan lupa untuk memiliki Rencana B.
●Transparansi: Terbuka dengan tim tentang masalah, pemblokiran, atau peningkatan. Keterbukaan dan transparansi ini dapat membantu menumbuhkan kepercayaan dalam tim.
●No baper and zero ego: Kami bekerja dalam tim dan bukan individu, jadi kami harus menerima bahwa akan ada perbedaan keterampilan, pendapat, dan kepribadian. Mudah tersinggung ketika diberi kritik, kebenaran diri sendiri, dan meremehkan seseorang dalam tim Anda, semua sikap seperti itu tidak dapat diterima.
Empat tahun telah berlalu dan masih ada saat-saat ketika saya merasa kelelahan, bersalah atas kemungkinan keputusan yang salah saya ambil dan meragukan kemampuan saya sendiri. Namun, melihat tim kami sekarang dan seberapa jauh kami telah melangkah, saya percaya dengan sepenuhnya bahwa ini adalah tantangan yang harus saya lalui untuk membawa tim kami mencapai tingkatan baru yang belum pernah kita alami sebelumnya. Pada titik ini, saya fokus pada mengubungkan, mendengarkan, dan berinvestasi pada tim, terutama pada pemain utama di tim kami. Hargai dan apresiasi hal yang baik, dan belajar dari yang buruk. #KeepPlantingKeepGrowing