Pandemi Covid-19 melanda dunia, tidak terkecuali Indonesia. Peristiwa ini menyapu bersih hampir seluruh industri yang berjaya, termasuk sektor F&B. Pembatasan yang terjadi di ruang publik menyebabkan sederet bisnis restoran terpaksa mengurangi luasan area dine in demi mengurangi beban sewa tempat dan bertahan hidup. Apakah semuanya mampu bertahan? Sayangnya tidak sedikit dari mereka jatuh dan gulung tikar.
Mereka yang masih bisa bertahan, “terpaksa” menempuh cara baru demi mempertahankan bisnisnya. Salah satu cara yang ditempuh adalah digitalisasi. Layanan pesan antar makanan online menjadi semakin marak. Terbukti, pada akhir tahun 2020, sektor ini membukukan pertumbuhan sebesar 3%. Angka yang menjadi penanda baik di tengah-tengah rapor merah perekonomian Indonesia saat itu.
Dilansir dari sebuah riset bersama di Indonesia, bisnis kuliner yang tergabung dalam aplikasi pengantaran makanan mengalami kenaikan total penjualan sebesar 50%, meskipun adanya pembatasan makan di tempat. Tak mengherankan bahwa industri F&B menjadi salah satu sektor industri nonmigas dengan penyumbang perekonomian terbesar pada tahun 2021.
Berdasarkan data dari riset terbaru milik TaniHub Group, sebanyak 58% konsumen menggunakan layanan pesan antar makanan untuk membeli makanan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa layanan pesan antar menjadi salah satu penopang roda kehidupan bisnis F&B.
Meski mengalami penurunan dan perlambatan, bisnis F&B terbukti masih mampu berdiri, bahkan mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan yang terjadi mengindikasikan bahwa makanan dan minuman merupakan sebuah kebutuhan dasar masyarakat, meskipun krisis melanda. Potensinya yang besar membuat prospek bisnis F&B menjanjikan.
Lantas bagaimana sebenarnya gambaran bisnis F&B di Indonesia selama pandemi ini dan bagaimana prospeknya nanti? Unduh dan baca hasil riset TaniHub Group mengenai potensi industri F&B pascapandemi di sini.